Senin, 08 Februari 2010

Anomie dan Alienasi; Konsep Teori Sosial Durkheim & Marx

 Anomi menurut Emil Durkheim adalah keterasingan yang dialami individu dari lingkungan masyarakatnya. Hal ini terjadi karena pencungkirbalikan status dan peran sosial sebagai akibat perubahan dan pembagian pekerjaan dalam masyarakat. Perubahan sosial yang sangat mendasar telah menempatkan pada suatu keadaan anomi atau situasi yang sama sekali tidak dipahaminya. Keadaan semacam ini yang menurut Durkheim sebagai salah satu sebab seseorang melakukan bunuh diri atau yang disebut anomi suicide. Ketertarikan Emil Durkheim untuk mengkaji dan menjelaskan anomie adalah karena Durkheim memusatkan perhatiannya atau memfokuskan perhatiannya pada solidaritas sosial sebagai salah satu fungsi penting dari tatanan sosial: individu memiliki tempat yang ditetapkan di dunia yang diciptakan dan diperkuat oleh nilai-nilai sosial dari moralitas, agama, dan patriotisme. Dia mengamati bahwa tingkat solidaritas akan lebih kuat atau lebih lemah dalam masyarakat yang berbeda, dan dia juga mengamati bahwa beberapa kekuatan sosial modern cenderung merusak moral dan memperlemah kohesi sosial - penciptaan kota-kota besar, misalnya. Dalam teorinya tentang bunuh diri, ia menyoroti situasi "anomi" untuk merujuk pada keadaan individu yang hubungannya dengan seluruh tatanan sosial yang lemah, dan ia menjelaskan perbedaan dalam tingkat bunuh diri di masyarakat sebagai hasil dari berbagai tingkat solidaritas dan sebaliknya. Disamping itu, ketertarikan Duekheim dalam mengkaji anomi adalah karena anomi merupakan ketegangan antara fakta sosial dan kemauan individu yang mengakibatkan patologis sosial, penyimpangan prilaku atau deviance behavior yang terjadi pada individu disebabkan semakin rendahnya integrasi sosial, kohesivitas, solidaritas, tingkat kebersamaan. Selain itu anomi adalah merupakan fakta sosial yang ada dalam dunia kehidupan sosial.

Alienasi menurut Karl Marx adalah merujuk kepada pemisahan hal-hal yang secara alamiah merupakan milik bersama, atau membangun antagonisme di antara hal-hal yang secara pas sudah berada dalam keselarasan. Dalam penggunaan yang terpenting, konsep itu mengacu ke alienasi sosial seseorang dari aspek-aspek “hakikat kemanusiaannya” (Gattungswesen, biasanya diterjemahkan sebagai species-essence atau 'esensi spesis,' atau species-being). Marx percaya bahwa alienasi merupakan hasil sistematik dari kapitalisme. Teori Alienasi Marx didasarkan pada pengamatannya bahwa di dalam produksi industrial yang muncul di bawah kapitalisme, para buruh tak terhindarkan kehilangan kontrol atas hidup mereka, karena tidak lagi memiliki kontrol atas pekerjaan mereka. Para pekerja ini tak pernah menjadi otonom, yakni manusia yang merealisasi-diri dalam setiap arti yang signifikan, kecuali lewat cara realisasi yang diinginkan kaum borjuis.

Alienasi dalam masyarakat kapitalis terjadi karena di dalam kerja, setiap orang berkontribusi pada kemakmuran bersama. Namun, mereka hanya bisa mengekspresikan secara mendasar aspek sosial dari individualitas lewat sistem produksi yang tidak dimiliki secara sosial, atau secara publik. Namun, hal ini juga berlaku untuk perusahaan yang dimiliki swasta, di mana masing-masing individu berfungsi sebagai instrumen, bukan sebagai makhluk sosial.

Marx mengatribusikan empat jenis alienasi pada buruh di bawah kapitalisme. Pertama, manusia teralienasi dari alam. Kedua, manusia teralienasi dari dirinya sendiri, dari aktivitasnya sendiri. Ketiga, manusia teralienasi dari species-being (dari dirinya –being—sebagai anggota dari human-species). Kempat, manusia teralienasi dari manusia lain.

Jika anomie pada Durkheim dilihat sebagai bagian dari keterasingan individu terhadap solidaritas sosial sebagai bagian dari integrasi sosial, maka Marx melihat alineasi sebagai keterasingan sebagai hasil sistematik dari kapitalisme yang melahirkan individu sebagai instrumen dan bukan sebagai makhluk sosial.

1 komentar: